Jumat, 13 Mei 2016

Pertama Mendaki, ke Gunung apa?

Persiapan Sunrise di Gunung Ungaran

Mendaki gunung saat ini bukan hal yang sangat "Uwow" sekali...seperti 13 tahun lalu (kesannya tua banget), ketika pertama kali aku mendaki gunung.

Alat untuk mendaki saat ini sudah banyak betebaran dimana-mana, bisa pinjam, bisa nyewa, apalagi membeli sendiri. Padahal dengan harga yang tidak murah.

Belum punya Tongsis

Mulai dari sepatu yang sekarang dengan berbagai Merk, terkenal dan harga bervariasi, carier atau tas yang kita gunakan untuk membawa beban, tenda, SB, jaket, dan lainnya. Tidak hanya perlengkapan untuk mendaki saja yang dimiliki, tetapi juga peralatan pendukung, seperti kamera, tongsis dan juga ponsel.

Sekarang...siapa yang ngga punya perlengkapan dan peralatan itu. Sekarang saya juga sudah punya ngga lengkap banget sih, walau yang harganya standar saja, tidak seperti dulu saat pertama kali mendaki gunung, pinjam semua. Bagaimana tidak pinjam, kuliah saja pas-pasan, mau naik-naik gunung, ya ngga ada anggaran.

Barang bawaan pendaki saat di Semeru

Ngomong-ngomong mendaki gunung, Gunung mana yang pertama menjadi pengalaman pertamamu menapaki ketinggian?  Gunung Slamet? Rinjani? Semeru?, Gunung Gede? atau gunung Prau?

Sindoro kelihatan dari Gn Prau


Naik gunung pertama kali asik? atau melelahkan? haa..yang pasti tidak terlupakan kan...iya dong. gimana tidak lupa, soalnya selalu ditanya saat kemana-mana, sudah naik gunung mana saja? jadi ya harus inget. Biar bisa menceritakan ke anak cucu...

Foto bersama setelah muncak di Gunung Prau


Pertama kali mendaki gunung, setelah saya sudah berada di bangku kuliah. Mendaki gunung yang sering kali terlihat saat akan kuliah, saat akan pulang, dan kadang terihat saat berada di Pantai Teluk penyu Cilacap. ya...gunung yang pertama kali ku daki, Gunung Slamet. Gunung yang diantara lima kabupaten ini menjadi gunung yang akan selalu kurindukan ingin kembali, sampai saat ini.  Tahu kenapa? naiklah dulu....
Gunung Slamet terlihat dari Pantai Teluk Penyu

Gunung yang sudah sangat dekat dengan masyarkat Banyumas, Purbalingga, Tegal, Brebes dan Pemalang. Bagaimana tidak hampir setiap hari melihat gunung yang memiliki ketinggian 3.428 mdlp ini.

Jaman masih kuliah


Naik Gunung Slamet kala itu, menjadi wajib bagi saya yang baru menjadi anggota muda di Unit Pandu Lingkungan Mahasiswa Pecinta Alam (UPL MPA) Unsoed. Sebagai anggota Muda memiliki kewajiban, yang satu diantaranya adalah melintas. Selain itu, istilahnya sebagai tuan rumah, harus tahu keadaan rumahnya dulu, baru rumah tetangga lainnya. Tuan rumah, karena Gunung Slamet sangat dekat dengan Purwokerto.


Persiapan pendakian pun dilakukan dengan matang. materi perjalanan sudah diberikan oleh senior beberapa kali, bagaimana mendaki, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan. Latihan fisik, untuk menempa kekuatan selama pendakian. Karena memang mendaki gunung harus membutuhkan fisik yang kuat.

Istirahat dulu bro

Walau sudah persiapan matang, sampai fisik juga tetap saja pertama kali mendaki, fisik saya memang tidak yoi diantara teman-teman satu tim yang lainnya. Bagaimana tidak, walau sudan mempersiapkan dengan matan, ternyata naik gunung itu melelahkan, bawa beban berat, isinya alat tidur kita, pakaian, makanan, peralatan dan perlengkapan pribadi, dan terutama air, untuk persediaan selama di gunung.

Ngos-ngosan...pasti, saya masih ingat itu. haaaa....mendaki bersama Yosenk, Shandi, Tumini, Bentol, Teo dan didampingi Rantip lewat Jalur Bambangan dan turun di Gambuhan. Saking, ngos-ngosannya, mahkan pernah kepikiran jika ditinggal saja, tetapi karena harus naik dan menyelesaikan kewajiban itu, mau tidak mau harus naik dan turun dengan selamat. haa...

Repro_Foto di Segara Wedi Gn Slamet

Tapi tak mengapa, dengan sisa-sisa oksigen dan beban yang berada di pundak (Carier tetap dibawa, karena harus melintas ke jalur lainnya) puncak bisa kugapai bersama dengan teman-temanku yang lainnya. Entah bagaimana pertama kali dulu mencapai puncak, saya lupa...dan tidak di foto apa ya...jatah klise fotonya buat enggel lainnya hakaa...

Puncak Slamet (bukan saat pertama mendaki)




Usai pendakian pertama ku itu, jadi banyak belajar..jika fisik menjadi nomor satu disampping dengan perlengkapan, peralatan dan sikap kita di lapangan. Selanjutnya, sayapun sering jadi porter...haaa....sampai sekarang...



Cemoro Kandang, Semeru