Kamis, 18 Januari 2018

Gara-Gara Tuyul, Saya Liburan



Minggu kemarin viral banget di media sosial, Facebook, jika uang yang ditabung di celengan raib. Ada yang seharusnya Rp 50 ribuan, ganti jadi Rp 2 ribuan atau jadi Rp 20 ribuan.

Awalnya biasa saja, tidak terpengaruh adanya info itu. Ternyata ada teman dekat yang mengalami juga. Saya yang punya celengan di rumah pun akhirnya iseng ikutan cek. Saya sobek sedikit di bagian bawah celengan, dan dihitung. Ada beberapa lembar uang kertas warna merah dan biru. Karena saya tidak tahu sudah berapa kali menabung, jadi cuek saja.

Celengan
Setelah pengecekan itu, saya masih menabung di celengan. Beberapa hari kemudian, saat liat Fb, lagi-lagi masih ada yang posting hal senada, uangnya hilang di celengan. Penasaran, Saya pun ikutan ngecek lagi. jangan-jangan...saya mengalami.

eh,,,,tapi bener, ternyata setelah dihitung uang yang ada di dalamnya jumlahnya sama seperti semula. Padahal kan saya sudah menabung satu kali, pada hari berikutnya. Nah loh....

Dari situlah, daripada uangnya habis diambil sama tuyul, mending dibuat jalan-jalan....kaan...hati bahagia, kaan, kan...

Spontanlah, izin kerja sehari. Maklum masih jadi kuli. Sengaja pilih di hari kerja, agar tidak tidak berjubel banget di lokasi wisata. Apalagi saya  memilih kota Yogyakarta buat jejes kali ini, dimana di kota Gudeg ini selalu terasa Hari Minggu. Everyday is Holiday.

Tiket PP Kereta Api Wijayakusuma sudah ditangan, berangkat pukul 05.00 WIB dari stasiun Cilacap, dan pulang dari Stasiun Besar Yogyakarta pukul 20.48 WIB. Adanya kereta api ini sangat membantu warga Cilacap buat jejes ke Jojga dalam sehari.

Malioboro
Okeh...tinggal cari lokasi yang mudah di jangkau dalam satu hari di Jogja, terutama sekitar Malioboro. Mengingat turun dan naik kereta di Stasiun Besar Yogyakarta.

Wajib, jalan sepanjang Jalan Malioboro, tidak lupa ke museum Vredeburg, alun-alun dan sekitarnya. Lalu menuju ke Pambanan, dan candi yang ada di sekitar. apalagi dari informasi yang didapat, Candi Ratu Boko dekat dengan Prambanan, siapa tahu bisa jalan kaki.

di Museum 
Menggunakan trans Jogja, perjalanan dari Malioboro menuju ke saja sekitar 50 menit. Sampai di pull bus, saya langsung di dekati oleh seorang tukang ojek yang menawarkan mengantarkan menuju ke Pambanan.

Akhirnya setelah ngobol sana sini, selain Prambanan, spot yang bagus di sekitar Prambanan, Bapak Poniman itu memberi refrensi menuju ke Candi Ijo yang bisa melihat kota Yogyakarta dari atas. Lalu dekat juga dengan Tebing Breksi yang lagi hits, serta satu dekat juga dengan Candi Ratu Boko.

Setelah sepakat dengan harga Rp 80 ribu, Pak Pominam dengan kendaraan Karisma 125-nya ini membawa saya menuju ke tiga lokasi tersebut. Bahkan dia mau menunggu saat saya eksplor di sana. so "Just Go and Play".

Candi Ijo dari Samping

Menarik, karena memang baru pertama kali menuju ke tiga lokasi ini. Jalannya nanjak, khawatir motor si bapak tidak kuat. Ternyata, kuat juga sampai ke Candi Ijo yang masih berada di komplek Kecamatan Prambanan ini. Tiket masuk ke candi ini hanya Rp 5.000 saja. Pemandagannya bagus, bisa melihat kota, lebih asik kalau mendekati senja, atau malam. Keren.

Blossom sampai ke Tebing Breksi
Lalu turun menuju ke Tebing Breksi, yang jaraknya sekitar 200 meter dai Candi Ijo ini. Tiket masuknya hanya Rp 5.000 sudah sama parkir motor. Ternyata meski bukan hari libur, banyak juga wisatawan yang datang.

Keraton Ratu Boko
Menjelang sore, menuju ke Candi Ratu Boko, di sini harga tiket masuk Rp 40 ribu, ditambah parkir Rp 3.000/motor. Sampai sana sudah mendung, walhasil tidak bakal ada sunset yang muncul. Eh baru poto-poto sebentar, hujan sudah turun. Beruntung selalu bawa payung, jadi barang-barang aman.

Selama satu hari di Jogja, hanya habis sekitar Rp 400 ribu saja, anggaran yang paling tinggi hanya untuk transportasi, tiket masuk wisata, kalau makan masih murah karena memilik makan dan ngopi di angkringan. Di tambah lagi dengan oleh-oleh bakpia.

Kalau bukan karena Tuyul, tidak bakal saya nekat jalan-jalan seharian kemarin. Terimaksih Tuyul..atas jasa-jasamu, saya bisa refreshing...hiii....


Salam

Foto Punya Pribadi


Kamis, 04 Januari 2018

Jomblo Mencari Cinta di Gunung


Pas buka tenda ada yang lagi yang-yangan

Pernah tidak, kamu yang jomblo, waktu naik gunung berharap akan mendapatkan jodoh? MInimal gebetan dan mau menjadi pacar, syukur-syukur mau mendaki bersama di pelaminan...asiik...

Hayoo..ngaku...kamu termasuk kan. Saya yakin dalam hatimu ada yang mengakui...aku belum.

Biasanya apa yang dilakukan agar bisa menarik lawan jenismu selama pendakian. Berdandan atau apa adayah.

Keren-keren kaan
Kalau melihat pengalaman dari teman-teman, biasanya sih mengalir saja secara tiba-tiba. Tapi bagi yang sudah niat dari bawah, memang disiapkan.

Diawali dengan doa, tentunya. Lalu mengenakan pakaian terbaik pada saat pendakian. Definisi pakaian terbaik ini bukan pakaian baru, tapi  nyaman, dan kalau memakai pakaian itu menjadi orang paling keren, tercantik, terganteng segunung. Bener kan?

Ada juga yang mengenakan atribut yang unik-unik, bisa pakai bandana, topi, gelang yang banyak banget, krincingan, kacamata, sepatu keluaran terbaru, kamera keren, speaker aktif atau lainnya. Pokoknya biar menambah nilai plus-plus di mata lawan jenis.

Camping di alun-alun Sura Kencana Gn Gede
Terus..terus...ramah banget ke semua pendaki, kalau ada yang terlihat klik dari mata kita, bakal di godain, diajak ngobrol yang asik-asik, ditungguin saat dia kelelahan, bahkan mau membawakan barang bawaannya (biasanya kalau satu grup pendakian ini ya). Kalau masih satu rombongan bisa dibikinan minuman dan masakan spesial. hmm...pokoknya buat dia terkesan deh...

Kalau beda rombongan ya, jalannya selalu beriringan, tempat camp-nya berdekatan, biar ngobrol terus gitu. Jangan lupa foto bersama, meski bareng lainnya. Modusnya, foto pake kamera hape, biar doi minta dikirim lewat WA. Dapat tuh nomor telponnya....

Ada yang berhasil? selamat kalau begitu...sesuatuh ya...eh Alhamdulillah...
Kalau belum, semangat terus naik gunungnya, sampai nanti bakal dapat jodoh yang hobinya sama juga, naik gunung.

Tapi ada loh, yang sudah berkali-kali naik gunung tetap saja belum dapat jodoh? ini nih, temen saya sebut saja namanya Hening Prihatini. Jomblo yang sedang mencari cinta di gunung. 


Cewe berjilbab ini, bisa dibilang baru dalam pendakian gunung, tapi  semangat jika diajak naik, atau camping saja di Tranggulasih. Sejak tahun 2013 sudah ada beberapa pendakian yang dia lakukan, sebut saja Semeru, Prau, Merbabu dan juga Ungaran, pos dua Gn Slamet Jalur Baturraden, terakhir ke Gunung Gede kemarin.

Lima gunung pertama yang didaki belum ada niatan darinya untuk mencari cinta pada saat pendakian. Baru terakhir kemarin di gunung Gede, niat banget. 

So, dia pun sangat semangat sekali untuk bisa ikut, tentu saja berharap mendapatkan cintanya. Apalagi dia jomblo sejati.   

Semua dipersiapkan dengan matang, fisik sama mental. eh fisiknya ngga terlalu diiiiing (di tulisan sebelumnya dijelasih, kalau fisik penting saat pendkian). Tapi, ada satu yang luput, yakni pinsil alisnya ketinggalan. Hanya pinsil alis membuat dia tidak lagi bersemangat untuk 'sepik-sepik' atau cuci mata sama lawan jenis. 

Jadi.....hasilnya, tetap sama dengan pendakian-pendakian lainnya..zoonk. Pulang hanya dengan rasa senang, dengan puluhan foto ditangan dan juga kaki yang kaku-kaku, serta tumpukan pakaian, barang-barang yang harus di cuci. Jodohnya belum di kasih sama Yang Maha Esa. 

Terus apa faedahnya tulisan ini? Ngga ada…hanya mempromosikan teman sendiri yang namanya Hening Prihatini, partner jalan-jalan, partner main, ngemol, yang sukanya ditraktir, dan suka malak.

Orangnya baik hati kok, dan bisa Bahasa Inggris (keahlian utama, lainnya ngga ada)...bagi kamu yang tertarik bisa chat dia aja, lewat nomor tlp dibawah ini....


Sekuat-kuatnya berusaha, jangan lupa berdoa sebelum naik

Hello Genk!!!