Minggu, 14 Juli 2019

Ngopi sambil Dakonan


Dakonan sambil ngopi ternyata enak

Dakon atau Congklak...masih inget permainannya?

Kemarin saya sempat lupa bagaimana cara mainnya..maklum..sudah ribuan purnama tidak memainkan permainan tradisional, zaman Sekolah Dasar dulu.

Saya main congklak, atau kalau familiarnya, dakonan, pada saat saya ngopi di warung Angkringan yang ada di Jalan Suparno, Purwokerto. Biasa, dengan teman seperjuangan, sengaja datang ke angkringan buat ngopi, dan makan gorengan. Mampir ke Angkringan ini, kalau sudah malas berfikir mau makan apa malam ini...haaa..

Habis memesan, dan membayar makanan, melihat pengunjung lain yang kebanyakan mahasiwa dan juga pelajar ini, memainkan berbagai permainan yang disiapkan oleh pengelola angkringan. Meski sering nongkrong ke sini, tapi selama ini belum pernah memainkan berbagai permainan yang ada. seperti Monopoli, ludi, dakonan, dan ada beberapa lainnya.

Iseng, temanku, pada saat duduk dan melihat sekitar, tercetus ide untuk main dakonan. "Mau main dakonan,?" katanya.
Tanpa basa bsai, ku jawab " Ya boleh,".


Papan Dakon dan Biji Dakon
Dia pun mengambil dakonan, dan juga toples kecil berisi manik-manik (zaman dulu di tempatku menggunakan kerang halus), untuk biji di dakonan. Bentuk papan dakonan maih sama seperti zaman saya kecil,, menggunakan plastik. Meskipun ada yang menggunakan kayu. Dakonan plastik, dengan tujuh lubang kecil di masing-masing sisi, atau berjumlah 14 buah dan ada dua lubang besar di masing-masing ujung.

Papan Dakon dari platik
Tiba-tiba pada saat akan membagi biji ke lubang-lubang kecil yang ada, lupa jumlah yang harus dimasukkan ke dalamnya. Karena sama-sama blank, akhirnya googling sebentar...(haa...mbah kali ini haru berterimakasih kepadanya).

Setelah googling, dan membaca, ternyata lubang-lubang kecil di isi sebanyak 7 biji. Ternyata, setelah di bagi, jumlanya kurang, sehingga  kami hanya memberi masing-masing lima butir dan enam biji di lubang-lubang kecil.

Kamipun suit untuk menentukan siapa yang bakal jalan duluan. Setelah suit, yang menang pun bisa memulai permainan, denan memilih lobang yang bijinya diambil, dan diletakkan di lubang-lubang sebelah kanannya, dan seterunya. Sampai nantinya, jika biji dakon habis di lubang yang masih terii biji, maka bisa melanjutkan perjalanan. Jangan lupa sambil mengisi lubang besar milik sendiri.


Bila biji yang diambil habis di lubang besar, maka permainanya berhenti. Begitu juga jika akan berhenti jika berada di lubang kosong. Tapi, jika berhenti di lubang kosong di sisi lawan, dia tidak akan mendapatkan apa-apa, tapi jika berhenti di lubang kosong milik sendiri, maka bisa mengambil biji yang ada di sisi lawannya.

Permainan akan selesai jika, satu diantara pemain udah tidak ada biji lagi di lubang-lubang kecil.  Lalu, jumlah biji yang ada di lubang besar dihitung, untuk menentukan pemenangnya, dengan memiliki jumlah biji terbanyak.

Permainan saya dan temen saya ini, berlangsung draw. Dari empat permainan yang kita mainkan, sambil makan gorengan dan ngopi, dua kali saya menang dan dua kali dia menang.




Dengan melakukan permainan ini, menjadikan ingatan ke zaman kecil dulu, apalagi di tambah sambil ngopi, rasanya seperti oldiest. Bersama dengan teman-teman yang kebanyakan merupakan tetangga. Main dari pulang sekolah sampai sore, dengan berbagai permainan yang dilakukan. Mulai Suramanda, petak umpet, lompat tali, main kelereng, main rumah-rumahan dari tanah, dan lainnya.

Berbahagialah kita yang pernah mengalami masa-masa menyenangkan di zamannya, dulu. Dengan berbagai mainan tradisional, dan belum terkontaminasi gadget seperti sekarang ini.