Sabtu, 03 Oktober 2020

Sabtu, 05 September 2020

Enam Kali Nyoba, Akhirnya Nyangkut Prakerja..eh..malah Belum Bisa Dipakai




Sejak pertama kali diluncurkan pendaftaran, Kartu Prakerja pada Bulan April 2020, saya sudah mulai mencoba daftar. Meski awal, niatan hanya untuk iseng...


Mungkin karena niat awal iseng, dan pasti lebih banyak yang membutuhkan, saya belum beruntung.

Pun sama di gelombang-gelombang selanjutnya, hasilnya sama. Tapi di gelombang 6 pendaftaran akhir Agustus kemarin, rasanya lebih niat dari sebelum-sebelumnya. Alhamdulillah, saya pun lolos.




Tetapi, sebelum mendapatkan pengumuman lolos, pada tampilan dashboard prakerja, seluruh peserta disarankan untuk upgrade e-wallet, untuk upgrade OVO menjadi premium.

Saya pun upgrade aplikasi OVO saya menjadi premium. Setelah klik upgrade premiere, kita diminta untuk foto KTP, dan foto selfie dan foto KTP. Disinilah permasalahannya, foto selfie dan foto KTP sekaligus.

Ternyata setelah saya kirimkan, verifikasi upgrade OVO premium tidak disetujui. Karena apa? Karena foto muka saya sekarang beda dengan foto KTP yang sudah mulai burem. 😄

Ya jelas beda, dulu..potongan saya pendek, muka item, sekarang rambut udah panjang dan karena efek kamera, jadi agak putihan, hee..




Eh, ternyata saya lolos Prakerja Gelombang 6 loh..tapi karena verifikasi upgrade OVO premium belum disetujui, maka saldo belum masuk rekening OVO. Otomatis, pelatihan belum bisa dilakukan.

Saya pun mencoba upgrade lagi, padahal sudah difotokan sama teman biar kelihatan jelas. Tetep saja, verifikasi ditolak.

Tetapi dalam email yang dikirimkan pihak OVO, saya bisa kirim email langsung ke CS untuk bisa verifikasi. Saya pun kirim beberapa dokumen yang disyaratkan untuk dikirimkan, seperti foto KTP, foto selfie dengan KTP, dan nama ibu.

Sudah dikirim, dan harus menunggu proses 3 hari kerja. Sampai saya menulis ini, masih 28 hari lagi sebelum akun dinonaktifkan. Semoga sih bisa lolos verifikasi dan bisa ikut pelatihan, dapat sertifikat serta dapat insentif. 😘

Kamis, 02 Juli 2020

Gegara Tren Bersepeda, Saya yang Sudah Rehat Satu Tahun Akhirnya Ikutan Gowes


Sudah hampir satu tahun, ya kayaknya satu tahu tidak bersepeda, atau sekadar berolahraga. Saya ingat, olahraga terakhir, saat satu bulan sebelum melakukan pendakian Gunung Raung pada Bulan Juni 2019 lalu.

Biasanya memang kalau mau naik gunung, eh pernah ding, nyepeda tetiap hari, pas kuliah dan pas lagi diet. 😄

Setelah itu, bablas...sampai sekarang. (Jangan tanyakan sudah naik berapa kilo)



Banyak ajakan berlari, joging atau bersepeda pun diabaikan. Karena memang lebih enak tidur, atau goro-goro sambil baca komik di webtoon, Game Township, Homescapes, stalking Instagram, Twitter, atau nonton drakor.

Tapi, akhir-akhir ini kok semakin banyak masyarakat yang mulai kembali bersepeda. Entah siapa yang memulainya eh..menge-tren-kan lagi. Kayaknya setelah ada kata-kata "New Normal" deh, itu pesepeda mulai nge-tren lagi.

Mungkin, nih mungkin, karena hampir tiga bulan masyatakat diminta untuk tetap di rumah, dan membatasi aktivitas keluar rumah. Sehingga, setelah adanya wacana tatanan kehidupan baru itu, masyarakat ramai "keluar rumah" dengan dalih berolahraga. Apalagi para pelajar yang memang belajar di rumah.

Dari anak kecil, remaja, sampai dewasa, semua bersepeda. Bergerombol, bahkan ada yang solo, alias sendirian (seperti saya). Sepedanya pun tidak sedikit yang baru. Meski mungkin banyak yang sepeda lama, yang akhirnya dikeluarkan kembali, karena ada tren ini.

Ah, tidak penting itu sepeda baru atau tidak, yang terpenting bisa bersepeda. Olahraga.

Makin banyaknya pesepeda yang "berkeliaran" ini, apalagi yang bergerombol dan tidak memperhatikan jalan, membuat pengendara lain, seperti sepeda motor atau mobil pun resah. Banyak komplenan di media sosial.

Tapi tidak semua pesepeda begitu sih, saya saja kalau gowes selalu dipinggir. Selalu tengok kiri dan kanan kalau mau mendahului sepeda atau bakul cilok yang jalan. Yang penting sih bisa lebih hati-hati.

Eh..betewe, saya juga baru dua kali gowes lagi, setelah terakhir tahun lalu. Sekali pakai sepeda Poligon item lejen yang ada sejak masa kuliah. Lalu hari Kamis ini, yang gowes karena Poligon lejen itu dah tukar tambah sama United abu-abu.

Sepeda United 
Saya menyesal, kemarin tidak foto dulu sama Poligon item. Karena sepeda itu sudah menemani sejak masa susah sampai sekarangpun masih susah. Karena sepesa itu pernah bolak balik membawa saya dari Purwokerto-Cilacap PP. Daebak kan...😄

Eh, di hari saya menjajal sepeda baru yang ngga baru ini, malah kena apes. Ban sepeda bocor, saat lagi asik-asiknya gowes. Alhasil dituntunlah sepeda ini, lewat perumahan, meski ada orang di depan rumah, tapi mereka hanya menyaksikan saya lewat.

Berbeda saat masuk ke perkampungan, warga langsung menyapa dan menanyakan kenapa dituntun. Bahkan mereka menawari untuk di pompa. Berterimakasihlah saya pada ibu-ibu yang mukanya agak familier itu.

Meski baru melangkah 100 meteran, ban sepeda saya kembali kempes. Alhasil, saya kembali menuntun sepeda yang ngga baru-baru banget itu. Tapi saya nikmati lagi menuntun, jalan kaki dikala sore kelabu, sambil mendengarkan kumpulan lagunya One Oke Rock. (ale/2-7-2020)