Kamis, 25 Agustus 2011

#Maregi#

Assalamu’alaikum, sebelumnya mohon maaf jika saya menggunakan judul tersebut, yang terkesan seperti seenaknya, ndesa atau apalah. Kata “maregi” yang berasal dari kata wareg, bagi kita wong Banyumas pastinya sudah tidak asing. Sering kita mengucapkan kata tersebut untuk mengungkapkan rasa sebal, muak atau bosan terhadap sesuatu atau seseorang, dalam taraf yang masih bisa ditolerir. Pembaca yang budiman saat ini kita sudah berada di penghujung bulan suci Romadlon, itu artinya dalam beberapa hari lagi kita akan segera merayakan Hari Raya Idul Fitri. Hampir satu bulan lamanya kita menggembleng diri kita dengan melakukan berbagai macam ibadah yang wajib maupun sunnah, yang kesemuanya bermuara pada harapan kita untuk mendapatkan ampunan dan pahala dari Alloh Ta’ala, sehingga setelah selesai berpuasa, kita diharapkan menjadi manusia yang bagaikan baru dilahirkan, suci dari dosa-dosa. Namun, apakah keadaan seperti itu dapat bertahan setelah tanggal 1 Syawal? Kalaupun bertahan, sampai berapa lama? Satu hari, satu minggu, satu bulan, atau satu tahun kemudian? Hanya diri kita masing-masing yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Nah, kaitannya dengan judul di atas, rasanya akhir-akhir ini kita semakin sering disuguhi hal-hal yang “maregi” yang dimuat di media massa, cetak maupun elektronik. Pembaca mungkin masih ingat berita tentang tersangka koruptor yang berhasil ditangkap setelah berhari-hari jauh melarikan diri, dan segera setelah itu kemudian semua media berlomba-lomba mengeksposnya. Semua orang menganalisa, membahasnya. Sementara orang-orang yang menjadi bahan berita itu, seakan-akan merasa bahwa tindakannya merugikan negara adalah suatu hal yang umum apalagi menganggapnya sebagai dosa. Maregi pisan pokoke..atau mungkin malah njeleih. Itulah, bahkan di dalam bulan yang katanya dianggap suci dan penuh berkah ini, kita masih saja disuguhi berita-berita yang membuat kita semakin wareg, semakin jeleh. Sekarang, pernahkah pembaca sekalian membayangkan bahwa kita ini manusia, mungkin di mata Alloh seringkali kita dianggap maregi. Bagaimana tidak, berulangkali kita meminta ampun kepadaNya, berulangkali pula dengan enteng kita melanggar laranganNya. Atau kita memang sudah menjadi pelupa sehingga berkali-kali kita berbuat dosa. Jadi kita mungkin sudah lupa bahwa berbohong itu dosa, kita lupa bahwa menghianati amanat adalah satu hal yang harus kita hindari dan lain-lain. Jadi kira-kira kok ya wajar saja, apabila seumpama kita dianggap maregi oleh Alloh. Akan tetapi Alloh Ta’ala adalah Sang Pencipta, yang pasti tidak sama dengan ciptaanNya, jadi walaupun manusia sebagai salah satu makhlukNya, sering bertingkah maregi, Alloh Ta’ala akan tetap berkenan membuka pintu ampunan bagi siapa pun yang meminta ampun, karena itulah sifatNya. Alloh Ta’ala tidak akan dendam kepada manusia, tidak akan berbuat dholim kepada hambaNya, justru manusialah yang seringkali berbuat dholim kepadaNya. Kiranya saya tidak akan berpanjang-panjang menulis, khawatir nanti akan menjadi maregi. Namun demikian semoga bermanfaat dan dapat menjadi bahan renungan para pembaca, semoga segala amal ibadah kita di dalam bulan suci Romadlon ini diterima Alloh Ta’ala serta mendapat rahmat dan ampunanNya. Amin. Wallohu a’lam bisshowaab. Wassalamu‘alaikum

H. Muhammad Maskun Ridlo Pengajar di PonPes Al Masruriyah, Kebumen, Baturaden

Tidak ada komentar:

Posting Komentar