Rabu, 16 September 2015

Watu Meja..Setinggi Meja...Tetep Bikin Ngos-Ngosan



Wisata Kekinian, Watu Meja Desa Tumiyang Kecamatan Kebasen, ketinggian aslinya ngga tahu pasti. Ngaga tingi-tinggi amat, tapi tetap bikin Ngos-ngosan. Pelan-pelan saja naiknya, atur nafas, dan akan menemukan tempat yang indah. Uwiiiw...

"Ibarate arep munggah gunung, aja ndeleng gununge terus (nduwur),mengko ketone adoh pisan,Tapi Nek ndelenge sikile sing go napak (ngisor),tuli ora kerasa wis tekan nduwur gununge,"kata Mardjoko, Mantan Bupati Banyumas.
Papan nama sebelum menuju ke Watu Meja
 Watu Meja, tempat yang lagi kekinian banget loh. Bukan hanya dikalangan anak muda, yang suka foto selfie, atau yang suka petualang. Tetapi juga orang tua dan keluarga  yang ingin berekreasi ke tempat berpemandangan indah.

Tuntun anak kecil ketika naik dan juga turun Bukit Batu Badar

Watu Meja atau masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Bukit Badar ini berada di Desa Tumiyang Kecamatan Kebasen. Entah siapa yang ‘memopulerkan’ lokasi wisata yang berada di perbukitan daerah Kebasen ini.  Saya ngga akan membahasnya, silahkan ngacung...bebas. 

Lokasinya mudah dijangkau. Ngga usah pusing nanya-nanya. Kalau dari arah Purwokerto menuju ke Pasar Patikaraja, dai sana ambil jalan ke kiri yang menuju ke Kebasen. Setelah melewati jembatan serayu dan ketemu tugu terus ada ke arah Kebasen, ngikutin terus jalurnya sampe nemu ada papan petunjuk Watu Meja pake baliho. (ngga ada fotonya, lupa njepret)

Warga sekitar sepertinya cekatan melihat potensi yang ada. Terbukti papan petunjuk sudah dengan baliho. Tidak hanya satu pintu masuk ke Watu Meja ini, tapi saat pulang saya melihat tiga pintu lainnya di sepanjang Jalan Raya Kebasen. Lewat mana saja terserah, jalurnya tetap nanjak dan ujungnya satu, Watu Meja.


Nomor Parkir yang ngga boleh ilang

Tapi ada satu jalan lewat Kebasen yang bisa dilalui menggunakan sepeda motor. Saya sih belum tahu tepatnya, kara petugas dari KHP Banyumas Timur yang saya temui di sana, Pak Jarwo mengatakan kalau mau lewat jalur tersebut, kalau dari arah Tumiyang menuju ke Kecamatan Kebasen, sampai ke rel kereta api ada jalan ke kiri, nah tuh lewat situ. Tapi belok laginya kemana belum suvei, nanya saja ke warga, atau bisa nanya ke Pos KPH Banyumas Timur. 

Parkiran yang memang ditata rapih

 Kalau dari arah Cilacap, pertigaan Sampang lurus dikit menuju ke jalan alternatif menuju ke Patikraja. Kalau mau lewat jalur Kebasen, maka setelah rek kereta belok kanan. Kalau mau lewat Tumiyang masih lurus terus, sampai ada rame-rame di pinggir jalan (Sudah banyak warga yang mengarahkan jalan, red) dan petunjuk arah. 


Warga yang sudah sadar wisata ini, mulai mengelola dengan baik. Seperti parkir, ditata rapi dan diberi nomor, antisipasi tertukar atau sengaja menukar.  Tarif masuk juga ngga ada, cuman seikhlasnya. “Namanya anak muda, gengsi dong kalau ngasih seribu, dua ribu,”. Eh, Nama kita pun dicatet disana, biar tercatat jadi anak kekinian gitu.


Start menuju Watu Meja..Bismillah...

Jalur ke lokasi pun sudah ada papan petunjuknya. Kalau kita masuk lewat pintu pertama (kalau dari arah Patikraja, red) baru mau nanjak akan ada persimpangan jalan. Satu jalan ekstrim dengan nanjak total, tapi cepet naik sampe puncak.  Kalau ke arah kanan jalur agak landai (tetep bikin ngos-ngosan, bahkan ada juga yang sampai pingsan karena kecapekan, red) tapi harus memutar jadi jauh. 

Anak kecil duduk di persinpangan jalan yang terjal dan landai..pilihlah, karena tujuannya sama Watu Meja


Ditempat-tempat yang ekstrim jalannya juga sudah dikasih bambu, antisipasi kalau hujan ngga rontok, alias jadi licin. Bambu juga disiapkan oleh warga di tempat-tempat tertentu sebagai pegangan.


Pegangan bambu, membantu saat naik dan turun

Di sepanjang jalan menuju ke lokasi, selain pemandangannya variasi, awalnya ada tanaman warga, bambu dan juga pinus, juga sudah banyak warung makanan. Warung ini juga akan semakin banyak saat diatas, atau sekitar Watu Meja ini. Kalau ngga mau bawa bekal biar naiknya enteng, ya beli saja. Harganya standar, mahalan di Mall-Mall heee.


Haus atau lapar? banyak warung kok

Memang ada batu segede gaban yang bagian atasnya datar seperti meja, dengan satu kaki penopang. Di sampingnya ada batu-batu kecil yang menurut warga kalau itu dijadikan tempat duduk. Disekitar batu di beri pembatas menggunakan bambu. Tulisan larangan menaiki batu, pun sering diabaikan oleh pegunjung, terutama anak muda. Yang penting bisa selfie...waduh..jatuh baru tahu rasa dah..(semoga jangan yaa)
“Kalau lagi ‘dapet’ jangan naik batu itu ya,” kata ibu-ibu di Desa Tumiyang.


Areal berbahaya...mending ngga usah naik ke atas batu

Saat ditanya kenapa?,dia tidak bisa menjawabnya. “Sudah dari dulu gitu,” katanya. Okwelah...ingat tuh

Pemandangannya indah, bisa melihat sungai serayu dengan liukkannya yang seperti ular, jembatan kereta api diatas sungai serayu dengan kereta api yang mondar mandir lewat. 

Sungai Serayu





Jembatan kereta api
Pohon-pohon pinus yang tumbuh tinggi pun menjadi tempat foto yang indah. Semilir angin, membuat enak untuk  menikmati tidur. Bahkan kalau sukses eh beruntung, sore hari bisa menikmati sunset, kalau saya kemarin ke sana lagi kabut. Pas udah turun ke bawah dan jalan pulang, melihat ke atas langit kok malah terang..huft belum beruntung deh.

Indah pada waktunya

Eh walau di bukit, ada hiburannya juga loh. Sudah ada pengamen kentongan yang memainkan musik. Ngga keliling, cuman berdiri saja di shelter, dengan kotak di depan mereka. Kalau-kalau ada yang punya koin atau uang lebih mau melemparkan uangnya. 

Penghibur

Terlalu banyak orang, maklum, namanya juga tempat yang lagi kekinian. Tentu akan berdampak terhadap peredaran sampah disana, semakin kotor memang. 

Penuh

Walau sudah ada dua tong sampah yang sengaja disediakan dari Perhutani di sekitar igir Watu Meja ini. Ngga akan komentar, harusnya sadar sendiri saja, dan berusaha buat ngga ngelakui hal itu dan bahkan kalau bisa membersihkan semampunya.

Buang lah sampah pada tempatnya


Keberadaan Watu Meja ini, ada di hutan lindung. Itu hasil nanya-nanya saya dengan Pak Jarwo, petugas KPH Banyumas Timur pas mau pulang. Karena masih berada 2 km dari sungai Serayu, dan juga Bendung Gerak Serayu.

“Seharusnya ini tidak boleh dibuka untuk wisata atau rekeasi,” katanya.


Hutan Pinus (ngga tahu pasangan ini apa, tapi posisinya pas banget saat motret)

Tapi pihaknya tidak bisa membendung banyaknya masyarakat yang penasaran dengan keberadaa Watu Meja dan keindahan pemandangannya. Dia pun hanya meminta kepada masyarakat sekitar, terutama para pedagang untuk mau membantu menjaga kelestariannya.

Habis makan jangan lupa buang di tong sampah yang sudah disediakan

“Sudah berkoordinasi dengan warga, ikut menjaga kebersihannya. Dan juga sudah meminta kepada pengunjung untuk menjaga kebersihan, buang sampah jangan sembarangan lewat spanduk dan baliho, kita sudah sediakan dua tong sampah. Tapi nyatanya mau tidak mau tetap kotor saja,” katanya.
Menurutnya, saat ini yang terpenting adalah pohon yang ada masih ada sepert semula, tidak dicorat coret, atau di’kerok’ getahnya. Selain itu juga batok-batok yang ada disana masih tetap ada, tidak dipecah atau diambil pengunjung. 

“Yang penting sih kalau batok-batoknya masih ada, dan tidak ada yang berubah disini,” ujarnya.


Hutan Pinus yang merupakan hutan lindun, mengingatkan Film Vampir auuuu

Sampai saat ini, dari Perhutani tidak meminta ‘jatah’ retribusi sukarela yang diberikan kepada warga dari pegunjung. Hany akan meminta kepada warga untuk menyisihkan sebagian ‘penghasilan’ nya itu untuk merawat Hutan Lindung, seperti untuk kerjabakti bareng membersihkan sampah, atau memperbanyak tempat sampah. Selain itu juga untuk membuat gazeb-gazebo untuk berteduh atau sekedar tempat duduk.

"Ibarate arep munggah gunung,aja ndeleng gununge terus (nduwur), mengko ketone adoh pisan,Tapi Nek ndelenge sikile sing go napak (ngisor),tuli ora kerasa wis tekan nduwur gununge,"kata Mardjoko, mantan Bupati Banyumas

Okweh....bagi semua yang mau dateng ke sini, ngga cuman kekinian bisa foto buat depe di sosmed, tetapi juga harus jaga kebersihan. Jaga lingkungan hutan agar tetap bersih seperti sebelumnya.

“Peduli lingkungan (Ngga buang sampah, ngga corat-coret, ngga merusak fasilitas umum, ngga melanggar peraturan yang ada,) bikin kau awet muda loh,” aku.