Minggu, 03 Desember 2017

Warung Tenda Karangsalam, Nongkrong Ajah, atau Camping…Bisaa


 
Warung Tenda Dengan Pemandangan Lampu Kota Purwokerto

Berawal melihat postingan lovepurwokerto di Instagram, yang mempromosikan tempat nongkrong baru dan kelihatannya seru. Ada warung atau café dengan konsep tenda, dan ada di dekat kita, Karangsalam Baturraden.

Melihat itu, apalagi fotonya yang keren, membuat saya jadi penasaran. Bagaimana rasanya nongki-nongki asik di dalam tenda, sambil bercengkama bersama teman, menikmati menu, dengan suasana udara dingin Baturraden yang menyegarkan. Dipastikan, kita serasa sedang naik gunung atau camping beneran. 

Saya yang memang lagi kangen camping ini pun semakin penasaran, siapa tahu bisa melepas kerinduan menginap di alam.

Berbekal, postingan dan keterangan di IG Love Purwokerto itu, saya dan teman pun menuju ke sana. Lokasinya ternyata sangat mudah dijangkau. Masih berada di kawasan Curug Telu Karangsalam Baturraden. Dari parkiran Curug Telu, kita masih harus naik ke atas sedikit, mengikuti jalan aspal, sekitar 100 meter. 

Hati-hati, kala perjalanan malam, karena tidak ada penerangan di sepanjang jalan dari pintu masuk ke curug telu sampai ke lokasi, gelap. Tapi demi mencapai tempat keren, jabanin saja deh.

Sekali lihat, tempatnya sudah instagramable banget. Parkirannya pun lumayan luas untuk sepeda motor, dan sepertinya cukup juga untuk beberapa mobil.

Masuk ke lokasi warung tenda ini, Kita langsung disambut oleh para pengelola Warung Tenda dengan ramah. Mereka berada di sebuah rumah-rumahan yang dibuat dari bambu, dibentuk warung dengan dua lantai. Lantai bawah digunakan sebagai warung dan tempat memasak, sedang lantai dua digunakan untuk nongki-nongki, jika ingin aman ketika hujan tiba (alias ada atapnya).

Kami yang Bahagia

Sementara untuk tenda-tenda ada di sebelah timur warung, ada sekitar delapan tenda yang berjajar rapi dalam dua shap. Masing—masing ada empat tenda menghadap ke arah Kota Purwokerto. Pemandangan malam hari, tentu akan terlihat jelas kerlip lampu kota Purwookerto yang indah bagaikan bintang-bintang.  

Beruntung, kemarin malam, bulan juga sedang bersinar dengan ramahnya. Menambah suasana menjadi lebih ceria, dan tentu sangat asik, karena tidak ada hujan yang menganggu obrolan kita. Makin betahlah kita.

Satu tenda, dengan tenda lainnya tidak saling berhimpitan. Dipisahkan taman-taman yang dibuat sedemikian rupa rapih dengan berbagai bunga dan rumput hijau, terlihat asri dan rapih. Diantara tenda, ada tempat duduk yang dibuat dari potongan batang pohon, dan sebuah meja kayu, tempat nongkrong sambil menikmati menu dan melihat kerlip bintang dan lampu kota Purwokerto.

Saya dan teman sengaja memilih duduk di kursi potongan kayu-kayu ini. Karena di dalam tenda hanya cukup untuk dua orang saja. 

Suasananya pun terang, karena ada beberapa lampu yang dipasang disana. Uniknya, mereka memanfaatkan botol bekas air mineral sebagai penghias, recycle. Eh, ada fasilitas WC juga sepertinya, meski tadi saya tidak mengecek langsung.

Ternyata, setelah tanya, Warung Tenda ini bukan hanya tempat nongkrong. Tetapi bisa juga untuk menginap, alias camping. Artinya tenda yang disediakan, bukan hanya sebagai pemanis buatan untuk makan-makan beberapa saat saja, tetapi bisa dipakai untuk camping dan menginap. asik kan. besok-besok ngga usah jauh-jauh camping, tinggal booking ke sini saja, makanan pun terjamin.

Tarifnya, murah saja Rp 45 ribu untuk satu tenda berisi dua orang, dan mendapat sarapan pagi. Asik kan. Kalau mau hanya nongkrong juga bisa, pesen menu makanan dan minuman yang ada di sana, dan bisa dinikmati di dalam tenda atau di kursi-kursi yang disediakan. Tinggal pilih.

Asik buat nongkrong, pokoknya


Meski menunya sederhana, tetapi tetap enak dinikmati di suasana dingin dan kebersamaan di alam bersama teman. Menu-menu yang disediakan mulai dari sate ayam, sate kelinci, sop ikan, mie rebus, mie goreng, mendoan dan lainnya ditawarkan dengan harga terjangkau. Sama halnya, dengan minumannya, ada berbagai macam dari yang minuman sacet sampai kopi jawa. Asikan.

Selain asik buat nongkrong, juga pastinya asik buat foto-foto. Instagramable bannet deh.  Eits, jangan lupa bawa kamera yang canggihan dikit, biar foto-foto malam hari jadi keren, ngga kaya kami yang hanya berbekal kamera hengpon jadul, jadi fotonya alakadarnya.

Saat menuju ke Warung Tenda ini, sempat berfikir, tempatnya bakal penuh. Bagaimana tidak, lagi malam minggu dan sudah diposting di IG, pasti bakal dengan cepat dikenal anak-anak hits Purwokerto. Ternyata sampai di lokasi, masih sedikit pengunjungnya. Sehingga, jadi lebih asik nongki-nongki kita kemarin dan betah banget lama-lama nongkrong, meski semakin malam semakin dingin.

Kita lagi Main Pokeran..Tau kan siapa yang kalah??
Eh, saran aja buat ke pengelola warungnya, ada permainan yang disediakan, sehingga para pengunjung bakal lebih asik main, kayak kemarin kita main pokeran, dengan kartu yang dibawa sendiri. Seru.

Penasaran, cuuz aja langsung ke tekaape.  


Sabtu, 02 Desember 2017

Jangan Dibaca, Tulisanku Jelek

#Edisi curhat



Tulisan saya memang jelek, jadi jangan dibaca. Seberapapun saya berusaha memperbaiki, tetap saja dianggap jelek. Mungkin ini 'passion' yang saya paksakan. Bukan karena biar ‘kekinian’, tapi otak saya butuh pelampiasan saja agar tidak buntu.

Teringat, zaman sekolah dulu, saat ujian pelajaran Bahasa Indonesia, seringkali ada sesi untuk mengarang indah. Seingat otak saya yang pas-pasan ini, setiap baru menulis dua paragrap, kata-kata itu sudah tidak keluar. sudah berakhir di titik. Akhirnya, barisan kata yang dirangkai pun tidak panjang.

Padahal, melihat teman yang berada di kanan, kiri dan bagian belakang halaman karangannya penuh. Melihat itu, saya pun berfikir bagaimanapun juga, halaman karangan indah ini harus penuh.

Tidak soal isinya, yang penting penuh, jadi saya menulis, entah asal atau bagaimana. Saya tidak ingat, nilainya atau pendapat guru, sepertinya nilainya selalu pas-pasan atau bahkan dianggap jelek. Ah…yang penting saya naik kelas terus dan tidak pernah tinggal kelas.

Selama SMP, SMA dan kuliah, kadang saya menulis puisi unek-unek di hati atau menulis cerpen. Teman-teman bilang tulisan saya jelek, bukan tulisan tangannya, tapi isinya. “Maknanya ngga ada, ngga jelas”.

Saya cueki saja, dan ‘memang begitu gaya saya’. kata saya dalam hati sebagai pembelaan. Namun, ternyata cuek itu tidak bertahan lama. Lama-lama karena sering dibilang begitu, membuat saya juga akhirnya malas menulis. Menulis pelajaran kuliah sekalipun, jadinya motokopi.

Kini, karena profesi saya, mau tidak mau saya harus menulis lagi. Sudah lima tahun lebih, dan tetap saja tulisan saya jelek. Mesi saya sangat menyukai pekerjaan ini. 

Begitu dengan tulisan di blog saya, yang sudah dikelola selama beberapa tahun ini, tetap saja tulisan saya jelek. 

“Biarin tulisan saya jelek, tunjukan saja tulisanmu,” ujarku kepada orang itu. Bagaimana tidak dia mengkritik tulisanku, tetapi sama sekali tidak menulis. Itu mungkin memang lagi-lagi pembelaan ku.

Tapi, memang kata-kata itu kembali membuatku aku jadi malas lagi menulis. Terbukti, menulis blog saja tidak rutin. Saya saat ini lebih banyak menikmati tulisan orang lain, dan selalu mengagumi. ‘Bagaimana mereka bisa menulis seperti ini?”. Saya belajar dari situ.

Seharusnya, kritikan itu membuatku terpacu untuk bisa memperbaiki tulisanku menjadi lebih baik lagi. Jadi terima saja, dan bahkan harus lebih semangat. Lebih menghargai diri, seperti kata-kata dari Deddy Cobuzier "Berhenti komplain tentang hidupmu, dan mulai menghargai hidupmu sendiri'.

Tapi tetap saja, tulisanku jelek. Jadi jangan dibaca!!!.


Ini yang menjadi satu faktor saya  merasa jenuh menulis. Bahkan berfikir untuk hiatus sampai nanti entah kapan waktunya. Pingin ngopi dan berkarya lain semampuku.