Sabtu, 02 Desember 2017

Jangan Dibaca, Tulisanku Jelek

#Edisi curhat



Tulisan saya memang jelek, jadi jangan dibaca. Seberapapun saya berusaha memperbaiki, tetap saja dianggap jelek. Mungkin ini 'passion' yang saya paksakan. Bukan karena biar ‘kekinian’, tapi otak saya butuh pelampiasan saja agar tidak buntu.

Teringat, zaman sekolah dulu, saat ujian pelajaran Bahasa Indonesia, seringkali ada sesi untuk mengarang indah. Seingat otak saya yang pas-pasan ini, setiap baru menulis dua paragrap, kata-kata itu sudah tidak keluar. sudah berakhir di titik. Akhirnya, barisan kata yang dirangkai pun tidak panjang.

Padahal, melihat teman yang berada di kanan, kiri dan bagian belakang halaman karangannya penuh. Melihat itu, saya pun berfikir bagaimanapun juga, halaman karangan indah ini harus penuh.

Tidak soal isinya, yang penting penuh, jadi saya menulis, entah asal atau bagaimana. Saya tidak ingat, nilainya atau pendapat guru, sepertinya nilainya selalu pas-pasan atau bahkan dianggap jelek. Ah…yang penting saya naik kelas terus dan tidak pernah tinggal kelas.

Selama SMP, SMA dan kuliah, kadang saya menulis puisi unek-unek di hati atau menulis cerpen. Teman-teman bilang tulisan saya jelek, bukan tulisan tangannya, tapi isinya. “Maknanya ngga ada, ngga jelas”.

Saya cueki saja, dan ‘memang begitu gaya saya’. kata saya dalam hati sebagai pembelaan. Namun, ternyata cuek itu tidak bertahan lama. Lama-lama karena sering dibilang begitu, membuat saya juga akhirnya malas menulis. Menulis pelajaran kuliah sekalipun, jadinya motokopi.

Kini, karena profesi saya, mau tidak mau saya harus menulis lagi. Sudah lima tahun lebih, dan tetap saja tulisan saya jelek. Mesi saya sangat menyukai pekerjaan ini. 

Begitu dengan tulisan di blog saya, yang sudah dikelola selama beberapa tahun ini, tetap saja tulisan saya jelek. 

“Biarin tulisan saya jelek, tunjukan saja tulisanmu,” ujarku kepada orang itu. Bagaimana tidak dia mengkritik tulisanku, tetapi sama sekali tidak menulis. Itu mungkin memang lagi-lagi pembelaan ku.

Tapi, memang kata-kata itu kembali membuatku aku jadi malas lagi menulis. Terbukti, menulis blog saja tidak rutin. Saya saat ini lebih banyak menikmati tulisan orang lain, dan selalu mengagumi. ‘Bagaimana mereka bisa menulis seperti ini?”. Saya belajar dari situ.

Seharusnya, kritikan itu membuatku terpacu untuk bisa memperbaiki tulisanku menjadi lebih baik lagi. Jadi terima saja, dan bahkan harus lebih semangat. Lebih menghargai diri, seperti kata-kata dari Deddy Cobuzier "Berhenti komplain tentang hidupmu, dan mulai menghargai hidupmu sendiri'.

Tapi tetap saja, tulisanku jelek. Jadi jangan dibaca!!!.


Ini yang menjadi satu faktor saya  merasa jenuh menulis. Bahkan berfikir untuk hiatus sampai nanti entah kapan waktunya. Pingin ngopi dan berkarya lain semampuku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar