Rabu, 05 Desember 2018

Berpetualang ke Suku Baduy

Selamat Datang di Baduy
Pernah membayangkan hidup tanpa gadget di dunia serba teknologi seperti sekarang ini? Atau bahkan tanpa listrik? Kalau tidak, sepertinya berpetualang di kampung Baduy bisa menjadi pengalaman baru buatmu.

Bagi yang belum tahu atau masih suka bingung lokasi kampung adat yang satu ini, sinih biar aku bisikin. Kampung Baduy yang masih memegang erat dan melaksanakan aturan adat ini berlokasi di Kabupaten Lebak Provinsi Banten. 

Tim Jalan-jalan kami di Baduy
Letaknya tak jauh dari ibu kota Jakarta. Makanya tak heran, jika para petualang hutan belantara kota yang ingin mendapatkan pengalaman hidup tanpa gadget bakal datang kemari. Bukan hanya letaknya yang dekat dengan Jakarta, tapi juga pengalaman yang rrrruuaaarrr biasa bikin geleng-geleng kepala.

Mulai saja dengan tanpa alas kaki. Bayangkan jika kamu berjalan tanpa alas kaki. Telapak kaki ‘halus’mu harus bersentuhan dengan tanah dan juga bebatuan. Geli? Sakit? Atau bahkan aaah..ogah! Nah, penduduk Kampung Baduy sudah terbiasa untuk berjalan tanpa alas kaki. Ga usah ditanya sekekar apa kaki mereka. Untuk ‘meneladani’ para penduduk Baduy, cobalah untuk tidak menggunakan alas kaki saat berjalan di kampung mereka.  Berjalan? Engga ada motor? Ojek gitu?

Anak-anak Baduy Dalam
Yup! A hundred persent correct! Di kampung ini tak ada ojek, ditambah lagi jalanan yang becyyek apalagi setelah hujan turun. Bikin sandal ataupun sepatumu berat karena penuh tanah. Mungkin itu pula yang menjadi salah satu alasan mereka tak menggunakan alas kaki. Tentu saja di lain pihak karena aturan dari adat Baduy melarang mereka untuk menggunakannya. Tapi tenang saja, alas kaki masih boleh digunakan bagi kalian, para pendatang yang berkunjung kemari.

Anak-anak Baduy Dalam berfoto di jembatan akar
Sebenarnya ada dua macam Kampung Baduy, Baduy Luar dan Baduy Dalam. Mereka-mereka yang tak menggunakan alas kaki sekalipun merupakan penduduk Baduy Dalam. 

Bagaimana dengan Baduy Luar? Para penduduk Baduy Luar lebih modern. Tak ayal banyak penduduknya menggunakan alas kaki meski juga sebagian dari mereka tetap mempertahankan adat untuk tidak mengenakannya. Di kampung Baduy Luar juga boleh memainkan handphone ataupun gadget lainnya. Tapi jika ingin memotret orang-orang Baduy tetap meminta izin ya. Kalau candid, tak tahu lagi akan jadi apa. He he he he.

anak-anak Baduy Luar
Membedakan Baduy Luar dan Dalam pun bisa dilihat dari cara berpakaian mereka. Jika Baduy Dalam hanya mengenakan pakaian hitam dan putih saja, serta ikat kepala warna putih. Kalau Baduy Luar, pakaian bisa bervariasi, rata-rata biru, serta dengan ikat kepala pun biru.

Lain ladang lain belalang, lain lumbung lain ikannya. Ini pula yang diaplikasikan pada kedua kampung ini. Meskipun jaraknya berdekatan (bagi penduduk Baduy, kalau pendatang? Oh Nooo), kedua kampung ini memiliki beragam perbedaan. 

Anak Baduy Luar bermain Gadget sambil menunggu warungnya
Jika di kampung Baduy Luar masih boleh menggunakan handphone dan gadget lainnya, di kampung Baduy Dalam dilarang keras menggunakannya. Khususnya bagi pendatang. Untuk kedua Kampung ini, tetap tak ada aliran listrik. Jadi jangan harap bisa nge-charge hp-mu. Lampu saja tak ada.

Bagaimana dengan penerangannya? Mereka menggunakan lilin. Dan asiknya, mereka menggunakan cangkang kelapa sebagai dinding lilin untuk dijadikan senter ketika mereka hendak bepergian malam. Keren kan!  

Sedangkan kalau kita ke sana, diharapkan membawa senter sendiri..biar terang teruuus...

Rumah-rumah keduanya pun berbeda. Baduy Luar, memilki dua pintu di masing-masing rumahnya, sedangkan untuk Baduy Dalam hanya ada satu pintu yang digunakan untuk keluar masuk. Rumah di Baduy Luar terasnya lebih lebar, dan digunakan untuk menenun oleh para wanita. Di depan rumah mereka tidak jarang berjajar kain-kain yang dijal kepada pengunjung, serta berbagai jenis camilan serta minuman.


Berpose di depan Rumah Baduy Luar dengan kain-kain hasil tenunan para wanita Baduy Luar
Dengan tidak dibolehkannya gadget ataupun kamera ke dalam Kampung Baduy Dalam...otomatis, kita tidak bakal bisa mengaktifkan ponsel kita. Bagaimana mau berhubungan dengan orang luar, sinyal saja tidak ada...heee...

Jadi ini bisa dimanfaatkan kita untuk sharing dan ngobrol banyak dengan orang-orang Baduy Dalam. Kulik-kulik kehidupan mereka seperti apa, dai aturan adat, sanksi, pola hidup, dan lainnya. Dan mereka bakal menjawabnya dengan senang hati. 

Salah satu jembatan di Baduy
Jangan tanya, ada WC atau tidak...ada, dan itu luaaaaaas...sekali. kok luas, ya iyalah, MCK ada di sungai, dan tidak ada sekat atau pembatas. Plorooot celana, langsung plung....haaa...tapi tenang, ngga usah malu nanti bisa diintip atau dilihat sama cowo-cowo. Karena lokasi untuk cowo dan cewe dibedakan, terpisah, karena bukan mukhrim...

Kita juga tidak dibolehkan untuk menggunakan sabun, pasta gigi, juga detergent untuk sikat gigi, ataupun mandi. Dilarang!! Para penduduk Baduy Dalam terbiasa dengan daun-daunan serta abu kayu sebagai pengganti mereka. (karena tidak boleh foto, maka ngga ada foto ya gaes)

Salah satu tanjakan di Baduy Luar
Apalagi yang bisa kalian rasakan di Kampung Baduy ini? Langsung ke sana saja lah. Biar merasakan sendiri begitu eloknya kampung yang satu ini. Bagaimana caranya? Tenang..akan saya kasih tahu.
Jika kalian dari Purwokerto seperti kami, naik kereta saja menuju stasiun Tanah Abang. Dari sana, ambil KRL jurusan Rangkas Bitung. Dari stasiun Rangkas Bitung, cari angkot atau ELF yang menuju ke Cibolegeur. 

Dari Ciboleger menuju ke Baduy Dalam, membutuhkan waktu sekitar 5-6 jam perjalanan jalan kaki. Saya sarankan menggunakan sepatu gunung, apalagi kalau lagi musim hujan, licyiiin boo...

Kita bakal melewati sekitar 7 kampung Baduy Luar sebelum masuk ke Baduy Dalam. Kemarin lupa tidak saya catat, jadi nanti searching dulu deh...heee... Jalannya naik turun, belok kiri belok kanan...siapkan fisik yang prima sebelum ke sini. 

Jembatan perbatasan Baduy Luar dan Baduy Dalam
Perbatasan antara Baduy Luar dan Dalam, hanya Menuju ke Baduy Dalam, yakni sebuah jembatan bambu, entah jembatan ke berapa ya. Tidak ada tanda pastinya, jika kita jalan dengan orang Baduy Dalam pasti dikasih tahu. Karena setelah jembatan itu, kita sudah tidak boleh menggunakan ponsel dan juga kamera kita, untuk berfoto ria. Padahal, setelah itu, jembatan dan naik ke bukit, pemandangannya luaaaaaaaaar biasah....

Bahkan, pada saat kemarin ke sana, disambut pelangi setengah lingkaran. Cantiiik....Kali ini kecantikan pelangi, hanya diabadikan dengan mata kita saja.  

Oke deh...kalau penasaran seperti apa di Kampung Baduy...cussss

Tim bahagia...abis turun, mandi dan siap pulang...


Cerita seru-seru lainnya soal Orang Kanekes ini bakal menyusul....