Senin, 15 Februari 2010

12 Hari yang Tak Terlupkan


Pengalaman pertama memang takkan pernah terlupa, begitu juga dengan pengalaman eks-siswa Pendidikan dasar XXVI UPL MPA UNSOED. Selama 12 hari dari tanggal -12 Februari 2010, mereka menjalani sebuah rangkaian pendidikan dasar sebagai calon anggota Unit Pandu Lingkungan Mahasiswa Pecinta Alam. Bukan hanya fisik yang diperlukan di pendidikan ini tetapi mental juga, karena ini merupakan sebuah perjalanan awal untuk bergelut di alam yang tak kenal cuaca. Berbagai materi diberikan mulai dari meteri ruang dan praktek materi. Materi yang di berikan antara lain meteri Keorganisasian, Navigasi Darat, Iklim dan medan, penaksiran, PPPK, SAR, Caving, Rock Climbing, swamping, rafting, survival, dan manajemen perjalanan. Materi ruang ini di berikan di Ruang 7 fakultas Biologi Unsoed pada hari pertama dan kedua.
Sebagai penggiat kegiatan di alam, sedikitnya kita harus peduli dengan daerah sekitar, jadi kita mencoba untuk menjalankan seruan pemerintah “one man, one tree”. Kegiatan itu kita namakan bakti lingkungan, berada di daerah Pamijen, kec Baturaden. Kegiatan dengan penanaman pohon mahoni sebanyak 200 buah di jalan raya Pamijen sepanjang 200 m. Semoga nantinya bisa bermanfaat untuk mengurangi polusi dan dapat merindangkan jalan raya tersebut.
Praktek pertama yang dilakukan adalah praktek Gunung hutan yang bertempat disekitar lereng selatan Gunung Slamet. Selama 3 hari 2 malam para siswa diksar mempraktekan materi yang telah diberikan antara lain latihan Navigasi Darat dan survival. Praktek navigasidarat ini para siswa latihan menentukan titik mereka dengan dip eta, kemudia menggunakan guide jalur dan dituangkan ke dalam peta. Sedangkan survival dengan mempraktekan teknik survival, seperti membuat biovak alam, perapian, tidur gantung, jerat, pencarian sumber air, makan tanaman survival dan hewan survival. Pada hari terakhir siswa simulasi SAR untuk mencari dan menolong survivor yang sedang hilang di hutan, karena kegiatan UPL tidak lepas dari SAR dan PBA.
Praktek yang kedua yaitu praktek Goa, berada di Darmakradenan. Pejalanan dari Kalipagu ke Dramakradenan memakan waktu 2 hari dengan menempuh medan bukit-bukit, igir “kampret” yang kemiringannya hampir 70 derajad, menyebrang sungai “kali mengaji”, jalan di rel kereta yang membutuhkan konsentrasi tinggi serta jalan desa yang sekarang telah banyak menjadi jalan aspal long march ini di pimpin oleh sie long march. Praktek di hari 8 ini mampraktekan teknik berjalan di goa yang berlumpur, pemetaan goa, dan rapeling di Goa. Pada hari yang sama siswa pindah basecamp ke Karangkemojing, yang biasanya dipimpin oleh sie long march kali ini dipimpin oleh basecamp. Pada hari berikutnya praktek Rock Climbing, dengan mempraktekan SRT (single rope technique) menggunakan prusiking, rapeling serta keseimbangan. Cuaca yang panas tidak mengendurkan semangat para siswa.
Hri ke-10 merupakan long march terpanjang sebelum praktek terakhir menuju Jeruk legi. Melewati panasnya gunung karang, bukit penyesalan yang bakalan ga menyesal setelah melewatinya karena indah bukan main pemandangannya, hutan karet sebagai perbatasan Banyumas-Cilacap. Praktek terakhir pada hari ke 11 yaitu praktek rawa. Sebelum praktek rawa, carier siswa diharuskan untuk di packing dengan aman, dengan plastic packing, agar barang bawaan tidak basah oleh air rawa. Praktek ini melewati 3 rawa, rawa pertama dengan keadaan surut, jadi teknik berjalan dirawa harus digunakan, yaitu dengan berjalan cepat dan tidak boleh menginjak jejak teman sebelumnya agar tidak terperosok semakin dalam ke lumpur. Ada kejadian lucu, sepatu salah seorang siswa copot karena terperosok ke dalam lumpur dan siswa tersebut menangis dibuatnya. Rawa kedua kondisi sudah pasang karena hujan, sehingga siswa hanya berenang saja dengan carrier sebagai pelampungnya. Begitu juga pada rawa ke tiga.
Setelah mandi dan makan ikan bakar di tritih, masih ada perjalanan menuju ke pantai Tegal katilayu untuk pengukuhan. Sebelumnya ada pengarahan dari pembina dan kemahasiswaan rektorat agar para siswa selalu semangat dan memanfaatkan hari-harinya dengan berorganisasi selain dengan kuliah saja, karena organisasi dapat melatih kita untuk biasa berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain, serta bisa mengatur waktu dan membuat suatu pekerjaan dengan baik. Perjalanan masih dilanjutkan menuju ke Tegalkatilayu. Pengukuhan di pantai Tegal Katilayu Cilacap adalah suatu adegan yang dramatis. Betapa tidak, setelah 11 hari berjuang, berjalan, kelelahan, ada tangisan, kesakitan semua hilang, melebur karena sebuah kain segitiga orange dengan semboyan dari Panglima Besar Jenderal Soedirman dan burung hantu lambang organisasi bertengger di atas pundak menandakan telah resmi manjadi anggota muda UPL MPA UNSOED. Saudara baru tebentuk, dan mendapatkan sebuah keluarga besar yang akan berjuang bersama-sama.
Pendidikan dasar yang memeras fisik ini membutuhkan kesehatan yang benar-benar fit. Oleh karena itu panitia selalu mengecek kesehatan para siswa. Cek kesehatan ini dilaksanakan sebelum melaksanakan long march. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesehatan dari siswa agar bisa memprediksikan kekuatan mereka dalam berjalan dan sampai di basecamp berikutnya. Jika siswa malas untuk menggunakan minyak komando/baby oil setiap mau long march, dan malas untuk merawat saat di basecamp maka dipastikan kakinya bisa terkena penyakit melepuh atau kutu air.
Pendidikan dasar ini di ikuti oleh 24 orang siswa, dan 22 orang lulus. 2 lainnya tidal lulus karena ada masalah teknis, ijin orang tua dan kesehatan. Harapan besar tercurah dengan adanya para anggota baru bergabung di keluarga besar UPL MPA. Semoga UPL semakin besar dengan citra-citra yang semakin baik dan selalu membuat sejarah di dunia kepecintaalaman di Indonesia terutama di lingkungan UNSOED.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar