Kamis, 06 Agustus 2015

Setetes Air Hujan itu, Sangat Kami Harapkan

Seorang kakek berdoa dengan khusyuk usai Salat istisqo atau Salat minta hujan

Sudah lebih dari lima bulan hujan tidak turun di daerah Desa Kubangkangkung, Kecamatan Kawunganten. Ratusan hektar sawah dengan tanaman padi yang baru berusia satu bulan, tanahnya mengering dan retak-retak akibat tidak ada pasokan air yang mengalir. Kebun-kebun palawija kering tanahnya. Bahkan air bersih untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja sangat sulit bisa ditemui.

Jikapun ada, warga mau tidak mau harus mencari ke sumber-sumber air yang jauhnya sekitar 3 km lebih, atau berada di sekitar waduk hutan Kubangkangkung. Air bersih itu hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, masak, minum dan mandi.

"Mandipun sehari sekali, karena ngirit air," kara Rina (25) warga RT 3 RW 4 Dusun Sidasari Wetan, Desa Kubangkangkung.

Hujan yang tidak kunjung datang ini, membuat masyarakat sudah sangat berharap dengan turunnya hujan. Mungkin satu-saunya cara yang bisa dilakukan dengan menggelar Salat Istisqo atau salat minta hujan. Setelah cara lainny dengn mengandalkan air waduk pun tidak mencukupi.

Diatas tanah kering dan retak, warga Salat Istisqo

Ratusan warga desa pun akhirnya berembug dan segera melaksanakan Salat Istisqo. Laki-laki dan perempuan menggelar Salat Istisqo di sawah yang sudah mengering dan retak-retak milik warga. Uniknya, warga laki-laki mengenakan sarung atau selendang yang diikatkan di pundak sebelah kanan menyelempang ke badan. Artinya, agar tanah yang sebelumnya kering akan dibasahi oleh hujan. entah benar atau tidak, itu menurut warga.

Dengan beralaskan terpal dan juga tikar, Salat Istisqo yang dipimpin oleh imam KH Amin khusein ini dilaksanakan. Salat dua rokaat ini diikuti warga dengan khusuyuk walaupun saat itu sedang panas terik, walau waktu baru menunjukkan pukul 10.30 WIB.

Kyai Abu Dardo yang memberikan khutbah ini mengatakan selama beberapa bulan ini membuat sawah, palawija, dan sumur warga mengalami kekeringan. Usai memberikan khutbah, dengan membelakangi para jamaah, Abu memimpin do'a bersama agar permohonan warga dikabulkan.

Warga berdoa memohon hujan turun

"Kami memohon ampun kepada Allah, dan berdoa disini, meminta agar Allah memberikan hujan kepada kami agar tanaman bisa tumbuh dan berbuah kembali," kata Khatib yang menggunakan sorban putih ini.


Kyai Abu Dardo memberikan khutbahnya

Dengan menggunakan bahasa Jawa kromo inggil, sang Khotib meminta ampunan kepada Tuhan yang maha Esa. Mengjak warga untuk memohon untuk diberikan keberkahan, melalui tetesan hujan yang turun didaerahnya. Hujan yang tidak berlebih. Agar kehidupan tanaman, ternak dan juga warga akan semakin baik. Krena tanaman akn berbuah, sehingga warga bisa menikmatinya untuk kehidupan.

Warga berdoa dengan khusyuk memohon hujan turun

Kyai abu Dardo pun kemudian membalikkan badannya memunggungi jamaah untuk memimpin doa bersama. Dengan sungguh-sungguh, warga terlihat sangat berharap agar permintan merek segera ikabulkan. Hujan turun membasahi tanh persawahan mereka. Karena setetes air hujan ini sangat dibutuhkan oleh warga.

Panas terik tidak menyurutkan semangat ereka memohon diturunkannya Hujan di desa mereka, Kubangkangkung




Tidak ada komentar:

Posting Komentar