Senin, 19 Oktober 2015

Mau Air Hangat atau Dingin?..tinggal pilih deh

Curug Genting di Wisata Alam Giri Tirta (satu dari dua Curug yang ada)




Berwisata ke air terjun atau curug memiliki sensasi tersendiri bagi kita. Bukan hanya karena ingin pamer foto saja di media sosial, tetapi perjuangan kita kesana sering kali membutuhkan tenaga yang luar biasa.

Tapi tidak semua air terjun seperti itu loh, ada juga yang jalannya cuman sebentar, tapi bisa menikmati pemandangan yang luar biasa. Tak usah disebutkan curug mana, heee...hampir sama dengan curug yang berada di wisata alam di Giri Tirta, Pejawaran Banjarnegara ini.Saya harus berkendara dari Cilacap-Dieng-Banjarnegara. jauh kan.

Wisata alam Giri Tirta ini, kita bisa menikmati tidak hanya satu objek saja loh, tetapi tiga..bayangkan tiga. Kalau kata pepatah, Satu dayung tiga pulau terlampauai...ukhuuy...Ke sini, kita bisa menemui dua curug sekaligus, Curug Genting, Curug Mrawu serta satu sumber air panas Giri Tirta.

Jadi kalai mau main ke sini, kita bisa memilih mau yang panas-panas atau mau dingin-dingin, atau keduanya. Bisaaaa...

Perjalanan kemarin saya lakukan setelah bermain-main di Dieng bersama dengan lima teman seperjalanan. Dari Candi Arjuna Dieng, kita berjalan (kemarin pakai motor) menuju ke arah Desa Batur Kecamatan Batur, ikutin aja jalur itu. kemarin soalnya lagi mbonceng, jadi ngga inget banget. Tapi saya ingat jalannya yang akan menuju ke lokasi tanah longsor di banjarnegara beberapa saat lalu itu.

Kalau mau lebih jelas, nanya saja ke warga sekitar. Udah pada tahu kok. heee...Nanti di perjalanan, kita menemui pertigaan dengan gapura dari besi, ucapan selamat datang di Giri Tirta. Sayang kemarin ngga ke foto, lagi mbonceng sambil ngetik berita. heee

Ikutin saja jalan itu, jalannya ngga bagus-bagus banget, tapi juga ngga rusak-rusak amat. Lumayan lah, masih bisa dilalui. Ada beberapa belokan yang mesti kita tempuh, belok kanan dan belok kiri. Beberapa kali juga kita harus tanya-tanya ke warga, karena tidak ada petunjuk jalan menuju ke arah lokasi wisata alam ini.

Tenang saja, semua orang tahu kok, jadi nanya saja kalu ngga mau nyasar. Kita sempet salah belok, lewat jalan yang aduhai. sampai sepeda motor hampir ngga kuat. Setelah melihat sekitar dan nanya lagi, memang salah jalan, bukan jalan keatas yang dipilih, tetapi lewat jalan setapak dengan dua jalur yang harus dipilih.

Sampai di lokasi parkiran, kita bisa melihat disebrang ada bukit yang sudah ditanami dengan tanaman sayuran, dengan di bawahnya ada aliran sungai yang dari kejauhan pun sudah terlihat bebatuan dengan warna kuning. Akibat dari kadar belerang yang mengalir disana. Tapi bukan bukit itu, tempat curugnya. Kita hanya berjalan beberapa menit saja kok.

Pemandangan dari atas bukit
Dari parkiran itu, kita akan turun sedikit, melewati jembatan bambu kecil diatas irigasi pertanian. Ikuti saja saluran irigasi itu, sesekali celukan kaki kita ke air di saluran irigasi itu, hangat. Hati-hati jalannya, karena di sebelah kanan kita adalah tebing yang kadang curam dan kadang ada tanaman-tanaman pertanian yang ditanam warga.
 
Dari parkiran sepeda motor, turun dikit kok
Jalan setapak menuju Curug Genting, saluran irigasi di sebelah kiri, ladang milik warga di sebelah kanan
Tidak sampai 1 km, kita akan mendapati, guguran batu karena ada penambangan batu disana. Batunya sudah terbentuk tipis-tipis kaya lapis. Hati-hati jalannya, karena bisa saja longsor. Tapi kemarin kita lihat ada pemuda yang menggunakan sepeda motor melewati pematang tersebut. Uwow...padahal, disebelah kanan merupakan tebing yang lumayan curam loh.

Penambangan batu

Ini mas-mas yang lewat di jalan setapak menuju ke Curug

Musimnya memang lagi kering, jadi gemercik airnya Curug Genting, curug yang pertama kita akan temui pertama kali tidak terdengar dari kejauhan. Debitnya yang memang sadang kecil, posisinya juga memang menjorok ke dalam.

Dari atas jembatan besi menuju ke sana, kita terlihat sudah curug genting yang berada di tengah-tengah tebing bebatuan. Jembatannya lupa difoto, karena masih buru-buru mau ngetik hee (alasan ya..).

Potret Curug Genting dari atas jembatan

Sampai disana sudah sepi, tidak ada wisatawan atau penjual makanan yang masih berada di sana. Di lokasi sini juga sepertinya sudah mulai ditata, terlihat dengan sudah adanya gazebo untuk beristirahat, tempat duduk dari bambu untuk menimkati indahnya curug, dan juga tidak jauh dari sana ada WC.

Awalnya, saya kira air curug genting ini memang mengeluarkan air panas, karena dari atas jembatan saya melihat bebatuan berwarna kuning, efek belerang. Tetapi saya salah sangka. Air curugnya tetap dingin, sedangkan aliran air panasnya ini berasal dari sumber air panas Giri Tirta yang lewat melalui saluran irigasi dan menyatu di dekat aliran air curug. 

Aliran air hangat yang berasal dari Giri Tirta, berbaur menjadi satu di aliran Curug Ginting
So...kita tinggal pilih, mau menikmati air dingin atau air hangat. Bisa dua-duanya kaan. Kalau capek berjalan, berendam dulu di air hangatnya. Tidak terlalu panas, mungkin karena memang agak jauh dari sumber air panasnya. Awalnya mengira airnya memang panas sekali, karena uap airnya sangat tebal, ternyata hangaat. Rencana awal sih mau mandi-mandi, tapi karena sudah sore, jadi berendam kaki saja dan cuci muka.
  
Curug Ginting dengan ketinggian sekitar 70 meter, debit airnya lagi kecil
Menikmati sensasi air hangat dan dingin

Pertemuan air panas dan dingin
Waktu yang mepet sudah menunjukan pukul 17.00 lebih, membuat saya memilih berendam dan menikmati sensai air hangat di Curug Genting ini. Sedangkan teman-teman saya yang berempat menuju ke Sumber Air panas Giri Tirta dengan berjalan kaki. Saya hanya menitipkan kamera saya kepada teman saya itu, untuk mengabadikan air panas Giri Tirta.

ALiran Air Panas Giri tirta
Sayang memang ke lokasi ini tidak semua lokasi kita jamah. Namun, bagaimana lagi, waktu sudah Magrib warga sekitar yang kita temui pun mengingatkan agar jangan malam-malam pulangnya. Selain itu kita masih harus menempuh perjalanan lagi, sampai Cilacap. So..akhirnya pulang, walau dengan berat hati, karena belum melihat secara langsung Sumber Sir Panas Giri Tirta, dan Curug Mrawu. Kapan-kapan pasti ke sana lagi, dan luangkan waktu sebaik mungkin.

Sampai di Parkiran, hari sudah gelap. tapi masih ada petugas yang menunggu kami. Walau tidak ada pos tiketing disana, hanya ada gubug bambu, petugas yang sepertinya pemuda asli desa tersebut menarik uang parkir masing-masing sepeda motor Rp 2.000 dan uang masuk Rp 5.000. Total semuanya Rp 36 ribu, di tawar pun tidak boleh. haaaa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar