Kamis, 22 Maret 2018

Belum Afdol Jika ke Hutan Payau, Tanpa Mencicipi Jus Kiwel


Penasaran apa itu Jus Kiwel?
Sinih...main saja ke Cilacap, terus ke Wisata Hutan Payau yang berada di Kelurahan Tritih Kulon Kecamatan Cilacap Utara.

Lokasi wisata yang sudah bebenah, dan mempercantik diri, dengan berbagai wahana ini memiliki kuliner khas. Tentu saja olahan makanan dari buah mangrove, yang memang menjadi ikon Hutan Payau ini.
Pohon Nipah
Ya, di hutan Payau ni, isinya semua tanaman mangrove. Jus Kiwel ini diolah dari buah nipah. Masyarakat sekitar menamainya dengan Kiwel.

Tahu pohonnya seperti apa? Tanaman endemik di rawa ini, namanya  Nipah atau Nypa fruticans. Bentuknya hampir sama dengan pohon kelapa, tapi lebih pendek dan tentu tumbuhnya di rawa atau hutan bakau. Pohon nipah ini memiliki manfaat mulai dari daun, tangkai daun, hingga buahnya.
Buahnya berbentuk seperti belimbing bergerombol, dan warna coklat. tapi pas dibelah ada buah seperti kolang-kaling.

Buah Nipah disebelah Bangau Payau
Buah yang dimanfaatkan untuk Jus Kiwel ini harus yang masih muda, agar mudah di 'blend'. Campur sedikit dengan air gula, susu dan jeruk nipis. Rasanya manis, dan menyegarkan. Ada sensasi  ‘krenyes-krenyes’ yang berasal dari sari buah nipah ini karena tidak bisa di-blend sampai halus.
Hesti Purbaningsih (40) warga RT 5 RW 11 Kelurahan Tritih Kulon Kecamatan Cilacap Utara , pertama dan satu-satunya pedagang di Hutan Payau yang memiliki ide untuk menjual Jus Kiwel, olahan dari mangrove.
Ibu tiga anak ini mengatakan jika mengolah buah nipah ini karena anak-anaknya menyukai biji buah yang rasanya manis ini. Suaminya pun sering mencari buah nipah yang biasa ditemui di sekitar hutan payau.


“Tadinya saya hanya mengolah menjadi es buah saja, tetapi saat dijual kurang banyak diminati oleh wisatawan, jadi saya berpikir untuk berinovasi membuat makanan lainnya,” katanya.
Berbagai percobaan dilakukan, sampai akhirnya dicoba untuk dibuat jus. Beberapa kali percobaan ‘resep’ jus kiwel ini diujicoba. Mulai dari hanya diberi air gula saja, ditambah susu, hasilnya pun kurang, lalu dicampur dengan buah-buahan, seperti strowberi hasilnya pun masih sama.
“Pencicipnya suami dan anak saya, setelah mencoba dengan campuran jeruk ini ternyata rasanya pas. Jadi saya memutuskan untuk menjual jus kiwel ini di warung,” katanya.


Penasaran rasanya, main saja ke Hutan Payau. Warungnya bu Hesti ada diujung lokasi wisata ini. Kalau dari pintu utama, mentok sampai ke dermaga, lalu berjalan sekitar 20 meter ke arah sebelah kanan jalan. Disitu ada warung yang terbuat dari bambu yang dibuat sedemikian apik, sehingga diantara hutan mangrove ini dibuat tempat nongkrong asik.

Ini dermaga, bberjalanlan ke sebelah kanannya

Pintu menuju ke warung Bu Hesti

Menimati jus kiwel, sambil melihat pemandangan sekitar hutan mangrove, aktifitas para nelayan, dan juga semilir angin. Apalagi tempat nongkrong yang disiapkan Bu Hesti dan suaminya sangat asik. Bakal betah deh ngobrol ditemani dinginnya Jus Kiwel.

Di Warungnya Bu Hesti ada tempat nongkrong kayak gini loh..asik kan, sambil menikmati dinginnya jus Kiwel


Mau Ke Paris?...Ke Kediri Aja dulu...



Siapa sih yang ngga kepingin ke Paris sana...jalan-jalan, sambil foto-foto di tempat-tempat yang besejarah dan keren tentunya.

Nabung, sampai puluhan tahun mungkin belum tentu ke sana, tahu kan..butuh duit segepok. eh,..tetapi segalanya bisa terjadi diing. Daripada jauh-jauh mainnya, mending main-main dulu lah di sekitaran Indonesia (mentang-mentang duit pas-pasan).

Cari saja tempat-tempat yang mirip-mirip dengan tepat wisata yang ada di luar negeri. Banyak kok di Indonesia, kan...googling aja deh. Di deket Cilacap, khususnya Banyumas bahkan ada satu tempat yang didalamnya kita sudah serasa keliling kekeluar negeri..ya mana lagi, tempat yang lagi ngehits banget Small Word yang ada di Baturraden Banyumas.

Setapsiun Nganjuk
Tapi, ini ada tempat yang iconik banget yang serasa lagi di Paris. Lokasinya agak jauhan dari Cilacap. Kudu naik kereta ke arah timur sekitar 6 jam, sampai ke Nganjuk. Lalu naik angkutan lagi sekitar satu jam. mana hayoo....Yup, Kediri Povinsi Jawa Timur.

Abaikan Modelnya ya
 Nah...kalau sudah tahu clue lokasinya, pasti bakal tahu tempat apa yang bakal didatangi. Yuhuu,,,,Simpang Lima Gumul Kediri yang sangat keren, dan tentu saja sangat mirip dengan yang ada di Prancie, apa namanya...Arc de Triomphe yang ada di Paris.

Modelnya hanya ini..maapken
Katanya sih ini dibangun sekitar tahun 2003 dan baru diresmikan sekitar tahun 2008. Lokasinya memang ada di lima persimpangan, makanya disebut dengan Gumul Simpang Lima. Bangunan yang sangat artistik ini terletak di Desa Tugurejo Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri.

Pertama kali ke sana, memang rasanya uwow banget, memang bangunannya sangat instagramable banget deh. Asik buat foto-foto pastinya. Dari arah depan, belakang samping, atau arah lainnya. Apalagi waktu ke sana ngga ada tarif masuk, hanya bayar parkir saja (untung bawa duit, soalnya dompet surat2 dan lainnya ketinggalan di rumah teman).

Yuk..ke Kediri...Lagi

iseng pake Polaroid

Saya tidak tahu bisa naik sampai keatas bangunan atau tidak. Kemarin sih saat ke sana ditutup...ramai banget juga, lagi ada acara yang anak-anak.

Saran saja kalau ke sini bawa payung atau topi, atau penutup kepala deh. Pas ke sana lagi panas-panasnya, matahari ada diujung ubun-ubun. Jadi silau dan panas menyengat banget. Tapi asik kok. Berteduh di pohon-pohon pinggir trotoar.

Kendaraan semua diparkirkan di tempat tersendiri, ada di sebrang jalan. Dari area parkir, menuju ke bangunan ini, kita tidak perlu tengok kanan kiri menunggu kendaraan sepi, soalnya ada penyebrangan bawah tanah. Adem dan Aman. Di dalam trowongan juga banyak foto-foto sejarah, jadi nambah pengetahuan kita sih.

suasana di dalam trowongan

Pintu masuk ke Trowongan


Perjalanan  ini sebenarnya kami lakukan setahun lalu, waktu menghadiri perkawinan teman yang ada di Kediri. Daripada bengong di rumahnya, mending jalan-jalan, pinjam motor. Sayang, dompet dan juga kartu ATM ketinggalan, meski ada uang seadanya. Jadi ngga bisa guling-guling atau belanja-belanja ke tempat lainnya di Kediri. Hee...

Senin, 19 Maret 2018

Jingga di Dermaga Sleko



Cahaya jingga matahari saat menuju cakawala memiliki keindahan tersendiri yang sayang jika dilewatkan. Langit kuning kemerahan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi kita untuk menikmati sore.

Indahnya langit sore ini bisa dinikmati di beberapa lokasi di Cilacap, satu diantaranya di dermaga penyebrangan Sleko. Hampir setiap sore, jika cuaca cerah pria wanita, dewasa maupun anak-anak berkumpul di dermaga penyebrangan ini.


Termasuk tentunya saya, sambil mengetik dan ngopi untuk menemani sore yang dikejar dateline. 

Tentu mereka yang datang ke sini tidak akan menyia-nyiakan kesempatan melihat cahaya jingga anugerah sang pencipta ini. Mereka, termasuk saya pun mengabadikannya dalam bingkai kamera ponsel maupun kamera digital pinjaman (ini khusus buat saya, karena saya belum punya kamera keren).



Dengan keterbatasan kemampuan saya, pun ikutan memotret pergantian warna langit. Hasilnya pas-pasan, tentu saja, tetapi saya senang. Itu saja. 

Langit sore ini tidak bisa kita nikmati dalam waktu yang lama. Langit penuh dengan cahaya jingga ini tidak bisa kita nikmati berjam-jam. Hanya hitungan menit saja, cahaya indah dari matahari yang menuju ke barat ini bisa abadikan. 

Dermaga penyebrangan Sleko ini biasa digunakan untuk aktifitas penyebrangan dari Cilacap menuju ke Kampung Laut, maupun ke Kelurahan Kutawaru. Kalau sore sudah tidak ada aktivitas seperti saat pagi sampai siang. Tetapi kita masih bisa melihat perahu-perahu nelayan yang pulang menuju ke peraduan. 

Ada beberapa tempat lainnya yang juga asik untuk mengabadikan sunset. Ada beberapa tempat yang saya abadikan, diantaranya Pantai Teluk Penyu, juga di dermaga Batre. Kalau kamu punya lokasi lain  buat menikmati sore, bisa share-share kok. siapa tahu saya juga bakal datang buat foto. 

Sunset di Dermaga Batre (sebelum di tutup)

Sunset di Ujung Teluk Penyu